Makalah Empirisme

EMPIRISME

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat umum

Yang diampu oleh Bapak ABDUL WAHID, M. PHIL.

   

Oleh :

FITRI CANTIKA INDAYANI   (18381032054)

HARIS (18381031058)

SAFANI INTAN ROSANIA (18381032152)

C:\Users\User\Downloads\PicsArt_04-19-09.49.48.png


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

JURUSAN TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MADURA

2019



DAFTAR ISI


DAFTAR ISI    i

BAB IPENDAHULUAN    1

A.    Latar belakang    1

B.    Rumusan Masalah    1

C.    Maksud dan Tujuan    1

BAB IIPEMBAHASAN    2

A.    Pengertian Empirisme    2

B.    Ajaran-ajaran Pokok Empirisme    3

C.    Tokoh-Tokoh Aliran Empiris    3

BAB IIIPENUTUP    6

A. Kesimpulan    6

DAFTAR PUSTAKA    7




BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar belakang

    Sumber pengetahuan dalam diri manusia itu banyak sekali. Salah satu paham yang memaparkan tentang sumber pengetahuan adalah paham empiris. Empiris merupakan paham yang mencoba memaparkan dan menjelaskan bahwa, sumber pengetahuan manusia itu adalah pengalaman. Paham ini dikemukan oleh beberapa pakar filsafat diantaranya Thomas Hobbes, John Locke, Berkeley, dan David Hume. Mereka adalah pakar filsafat yang berasal dari inggris.

Bagi penganut empiris sumber pengetahuan yang memadai itu adalah pengalaman, yang dimaksud pengalaman di sini adalah pengalaman lahir yang menyangkut dunia dan pengalaman batin yang menyangkut pribadi manusia. Sedangkan akal manusia hanya berfungsi dan bertugas untuk mengatur dan mengolah bahan-bahan atau data yang diperoleh dari pengalaman.

  1. Rumusan Masalah

  1. Apa yang dimaksud dengan empirisme?

  2. Apa saja ajaran-ajaran pokok empirisme?

  3. Siapa tokoh-tokoh dari aliran empirisme?

  1. Maksud dan Tujuan

  1. Untuk mengetahuai apa yang di maksud dengan empirisme

  2. Untuk mengatahui apa saja ajaran-ajaran pokok empirisme

  3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dari aliran empirisme






BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Empirisme

Istilah ‘empiris’ berasal dari bahasa Yunani: empeiris, empeiros yang berarti pengalaman (Bagus, 1996: 197).  Dalam filsafat, istilah ini biasanya dipertentangan dengan rasionalisme. Empirisme adalah doktrin/pandangan yang menyatakan bahwa semua pengetahuan bersumber dari pengalaman. Semua ide-gagasan merupakan dari pengalaman.Kerena itu, semua pengetahuan secara langsung atau tidak diturunkan dari data indrawi (kecuali beberapa kebenaran logis dan matematis).

Oleh sebab itu, empiris dinisabkan kepada faham yang memilih pengalaman sebagai sumber utama pengetahuan yang dimaksudkan dengannya ialah baik pengalaman batiniyah yang menyakut pribadi manusia.

Sedangkan menurut Sutarjo menyatakan bahwa empirisme merupakan aliran yangmengakui bahwa pengetahuan itu pada hakitkannya didasarkan atas pengalaman atau empiri melalui alat indra (empiri). Empirisme menolak pengetahuan yang semata-mata didasrkan akal, karena dapat dipandang sebagai spekulasi belaka dan tidak berdasarkan realitas sehingga berisiko tidak sesuai dengan  kenyataan. Pengetahuan sejati harus didasarkan pada kenyataan sejati, yaitu realitas.

Berbeda dengan Rasionalisme yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur dengan akal pula. Dicari dengan akal artinya dicari dengan berfikir logis. Diukir dengan akla artinya di uji apakah temuan itu logis berarti salah. Jadi sumber pengetahuan bagi paham Rasionalisme adalah akal yang logis.

  1. Ajaran-ajaran Pokok Empirisme

Empirisme menyakan “neither geometry nor logic will tell you anything about the real world. There is no magical way of going beyond the limits of what we can see, hear, taste, small and touch” (Robinson Dave & Bill Mayblin, 2004: 15). Jadi dalam pandangan empiris, Rasio dengan sendirinya tidak dapat memberi kita pengetahuan tentang realitas, tanpa merujuk pada pengalaman indrawi (karena bahan yang diberikan indra merupakan bangunan dasar (fundasi) bagi seluruh ilmu pengetahuan).Adapun ajaran-ajaran pokok empiris tersebut dapat diringkas sebagai berikut:

  1. Empiris menyakini bahwa sumber pengetahuan adalah  pengalaman (Yunani: empeiria; Latin: experientia).

  2. Empirisme amat menekankan metode empiris-eksperimental.

  3. Empirisme menggunakan penalaran induktif.

  1. Tokoh-Tokoh Aliran Empiris

  1. Thomas Hobbes (1588-1679)

Tokoh ini dilahirkan sebelum waktunya ketika ibunya tercekam rasa takut oleh ancaman penyerbuan armada Spanyol ke inggris. Ia belajar di Universitas Oxford, kemudian menjadi pengajar pada suatu keluarga yang tepandang. Hubungan dengan keluarga tersebut memberi kesempatan kepadanya untuk membaca buku-buku, berpergian ke negeri asing dan berjumpa dengan tokoh-tokoh penting. Disanalah ia mengenal filsafat Descartes dan pemikir-pemikir Prancis lainnya.

Bagian ajaran Hobbes yang termasyhur adalah pendapatnya tentang filsafat politik. Ia mengingkari bahwa manusia menurut kodratnya adalah makhluk sosial. Satu-satunya kecondorangan kodrat manusia ialah mempertahankan adanya. Tatapi, dalam keadaan demikian, manusia justru tidak mempertahankan adanya. Itulah sebabnya manusia mengadakan perjanjian, yaitu bahwa mereka akan takluk kepada suatu yang kewibawaan.

  1. John locke (1632-1704)

Locke termasuk orang yang mangagumi Descartes, tetapi ia tidak menyetujui ajarannya. Bagi Locke, mula-mula rasio manusia harus dianggap sebagai “lembaran kertas putih” dan seluruh isinya dari pengalaman. Pandangan Locke mengenai lembaran putih manusia mirip sekali dengan teori fitrah dalamfilsafat islam yang berdasarkan atas pernyataan al-Qur’an, surat ke-30 al-Rum ayat ke-30.

Fitrah adalah bawaan manusia sejak lahir yang di dalamnya terkandung tiga potensi dengan fungsinya masing-masing. Pertama, potensi ‘aql yang berfungsi untuk mengenal Tuhan, mengesah Tuhan, dan mencintai-Nya. Kedua, potensi syahwat yang berfungsi syahwat yang menerangkan. Ketiga, potensi gadlab yang berfungsi untuk menghindari segala yang membahayakan. Ketika manusia dilahirkan, ketiga potensi ini telah dimilikinya.

  1. George Berkeley (1665-1753)

Berkeley yang lahir di Irlandia ini menjadi UskupaAnglikan di Cloyne (Irandia). George Barkeley adalah tokoh lain empiris yang mengemukakan teori immaterialisme atas dasar prinsip empirisme. Menurutnya sama sekali tidak ada subtansi yang bersifat material. Yang ada hanyalah ciri-ciri yang dapat diamati, atau dengan kata lain, yang ada hanyalah pengalama jiwa saja (being is being perceived), yang artinya dalam dunia material sama saja dengan ide-ide yang sama alami.

  1. David Hume (1711-1776)

Menurut para penulis sejarah filsafat, empirisme berpuncak pada David Hume ini, sebab ini menggunakan prinsip-prinsip empiristis dengan cara yang paling radikal. Terutama pengertian subtansi dan kausalitas (hubungan sebab-akibat) menjadi objek kritinya. Ia tidak menerima substansi, sebab yang dialami ialah kesan-kesan saja tentang beberapa ciri yang selalu terdapat bersama-sama (misalnya, putih, licin, erat, dan sebagianya). Tetapi, atas dasar pengalaman tidak dapat disimpulkan bahwa di belakang ciri-ciri masih ada suatu subtasi tetap (misalnya, sehelai kertas yang mempunyai ciri-ciri tadi). Sebagai seorang empiris, Hume nampak lebih konsekuen dari pada Berkeley.




















BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Istilah ‘empiris’ berasal dari bahasa Yunani: empeiris, empeiros yang berarti pengalaman (Bagus, 1996: 197).  Dalam filsafat, istilah ini biasanya dipertentangan dengan rasionalisme. Empirisme adalah doktrin/pandangan yang menyatakan bahwa semua pengetahuan bersumber dari pengalaman. Semua ide-gagasan merupakan dari pengalaman.

Thomas Hobbes adalah, salah satu seorang penganut empirisme mengemukakan bahwa empiris (pengalaman) adalah awal segala pengetahuan. Karena itu semua diturunkan dari pengalaman. Tokoh empiris lainnya adalah john locke. Menurutnya Locke, rasio manusia pada mulanya sebagai lembaran kertas putih (as white paper). George Barkeley adalah tokoh lain empiris yang mengemukakan teori immaterialisme atas dasar prinsip empirisme.

Sedangkan David Hume tidak menerima konsep mengenai subtansi, sebab menurutnya, apa yang dialami manusia hanyalah kesan-kesan tentang beberapa ciri yang selalu terdapat bersama-sama.





DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Akhyar Yusuf. Filsafat Ilmu Klasik hingga Kontemporel. jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014.

Nasution, Muhammad Syukri Albani dan Rizki Muhammad. Filsafat Ilmu. Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017.

Praja, juhaya S. Aliranaliran Filsafat & Etika. Jakarta: Kencana, 2003.

Sutarjo. Pengantar Filsafat Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama, 2009.

Taksir, Ahmad. Filsafat Ilmu. Bandung: Rosdakarya, 2006.



Comments

Popular posts from this blog

Makalah Strategi bersaing dalam berwirausaha

Makalah Al-'adat Al-Muhakkamah

Makalah PANDANGAN HIDUP , TANGGUNG JAWAB , DAN HARAPAN MANUSIA